
Ketua Partai Prima Jepara Muhammad Mustavit: Sejarah Gerakan Anark
DailyIndonesia.id, JEPARA- Nama Anarko kembali muncul dalam pemberitaan baik lokal maupun nasional setelah aksi MayDay yang rusuh di Semarang, Kamis (01/05/2025) lalu.
Beberapa serikat buruh dan pekerja yang ada di Jawa Tengah bahkan menyebut dalang aksi rusuh aksi MayDay adalah kelompok Anarko dan dituding sebagai biang rusuh aksi MayDay di Semarang yang awalnya berlangsung damai dan tertib.
Bagaimanakah Sejarah Gerakan Anarkisme?
Redaksi akan menyajikan berdasarkan penjelasan dari Ketua Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) Kabupaten Jepara, Muhammad Mustavit, pada Sabtu (03/05/2025).
Ketua Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) Kabupaten Jepara, Muhammad Mustavit akan menjelaskan secara ringkas tentang Anarkisme.
Secara Harfiah, Mustavit menjelaskan bahwa Anarkisme berasal dari bahasa Yunani yakni Archein yang berarti Akar. Paham ini secara umum menolak segala sesuatu yang berakar pada hierarki.
Anarkisme lahir di abad ke-19, walaupun jauh sebelum era modern, pemikiran sejenis sudah ada.
“Pierre Joseph Proudhon, Ia yang pertama kali mencetuskan istilah ‘Anarkis’ itu dalam bahasa Perancis,” ujarnya.
Selain Proudhon, ada pemikir Anarkisme lain dengan tendensi yang berbeda-beda di masanya. Seperti Henry David Thoreau dari Amerika Serikat dan Max Stirner dari Jerman. Ketiganya merupakan tokoh yang berperan penting dalam pemikiran Anarkisme.
Menurut Mustavit, Henry David Thoreau merupakan tokoh Anarkisme Hijau, yang memberikan penekanan khusus terhadap lingkungan, ‘Pembebasan tidak hanya menyangkut individual melainkan juga alam’.
“Thoreau dalam praktik keseharian hidupnya memang seperti itu, apa adanya dan dia hidup sendiri di kabin,” ucap Mustavit.
Sementara itu, Max Stirner berpendapat Anarkisme yang mengedepankan kedaulatan individual, “Segala hal yang membatasi diri atau mengkrangkeng kedaulatan individu harus ditolak atau dilawan,” kata Mustavit.
Disisi yang lain, Anarkisme Pierre Joseph Proudhon berpandangan mengarah pada Sosialisme sehingga dekat dengan Marxisme.
Anarkisme itu muncul pertama dalam buku Proudhon, ‘What Is Property?’. Walaupun secara pemahaman begitu dekat terapi menurut Mustavit, Anarkisme Sosialis dan Marxisme berbeda dan justru tidak begitu akur.
Ia mengatakan, Anarkisme Sosialis ala Proudhon menolak segala bentuk hierarki termasuk menolak konsep Negara. Sedangkan, Marxisme yang di gawangi Karl Marx masih berfikir untuk mengambil alih negara sebagai salah satu tahap sebelum terwujudnya cita-cita dari Marxisme itu sendiri, yakni masyarakat tanpa kelas.
“Anarkisme Sosialis jelas menganggap bahwa Negara secara inheren sudah bermasalah, seandainya kalau kita mau mengakali pun kita akan terjebak dalam logika birokrasi, hierarki dan seterusnya,” ujar Mustavit.
Walaupun demikian, Mustavit menyakini ada satu kesamaan antara Anarkisme Sosialis dan Marxisme, yakni menolak Kapitalisme.
“Fakta perpecahan antar kedua gerakan itu secara nyata terjadi saat Anarkisme keluar dari Internasionale Pertama. Gerakan oleh para pekerja di dunia atau Mayday tersebut digagas oleh tokoh utama Komunisme, yaitu Karl Marx.” imbuhnya.
Tokoh Anarkisme pada saat itu, Mikhail Alexandrovich Bakunin melakukan pemisahan terhadap ‘Internasionale Pertama’ dan membuat fraksi sendiri yang dikenal dengan Federasi Jura.
Selanjutnya, Mustavit juga menjelaskan bahwa Anarkisme terbagi dalam banyak kelompok tendensi. Saking banyaknya, muncul gerakan Anarkisme tanpa Adjektif atau tanpa embel-embel apa pun seperti Hijau atau Sosialisme.
Namun, secara garis besar, varian besar Anarkisme termasuk dalam Anarkisme Sosialis atau yang juga biasa disebut sebagai ‘Libertarian Kiri’.
Kelompok ini menolak Kapitalisme dan relasi kerja upah. Ide-idenya dekat dengan Marxisme.Kelompok ini juga memiliki sub varian yang dikenal dengan nama ‘Anarko Sindikalis’.
“Anarkisme Sindikalis’ ini kelompok yang menekankan serikat pekerja sebagai medium utama perlawanan mereka,” kata Mustavit
Maka tidak heran, jika aksi MayDay 2025 kemaren di Semarang muncul kelompok Anarko ini.
Kelompok varian besar lainnya adalah ‘Anarko Hijau’, yang memiliki diskursus tentang lingkungan. Dalam rumpun kelompok ini, ada kelompok Anarko Primitivisme, yang menolak segala bentuk teknologi. “Mereka kembali ke kondisi nature,” kata Mustavit.
Mustavit juga membeberkan, Anarkisme juga tidak semuanya merupakan gerakan berhaluan kiri. Disayap Kanan, ada kelompok Anarkisme Kapitalisme. Mereka mengidamkan tatanan pasar tanpa intervensi negara. Negara dianggap menindas karena mencampuri urusan pasar. “Jadi Free Market Anarchisme,” kata Mustavit.