Dailyindonesia.id-Jepara- Sebanyak 360 siswa kelas X SMA Negeri 1 Donorojo menorehkan kisah inspiratif melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bertema “Bangunlah Jiwa Raganya”.

Kegiatan ini melibatkan seluruh siswa kelas X, guru, Pemerintah Desa, Gapoktan, penyuluh pertanian, karang taruna, serta mitra seperti Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Provinsi Jawa Tengah dan RSUD Rehatta.

Kegiatan diawali dengan pembekalan materi (modul) di lingkungan sekolah (8-9 April 2025) dan Kebun Durian Pugruk (10 April 2025). Materi workshop mencakup Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Narkoba oleh dr. Alifta dari RS Rehatta Provinsi Jawa Tengah, yang membahas pentingnya pergaulan sehat dan dampak negatif narkoba pada remaja.

Kemudian dilanjutkan materi Pelestarian Lingkungan oleh Yulia Dwi Handayani, S.Hut. beserta tim dari BPDAS Jateng, yang mengedukasi teknik penanaman bibit dan pemeliharaan lingkungan.

Yulia Dwi Handayani
Yulia Dwi Handayani dari BPDAS Provinsi Jawa Tengah saat memberikan materi di SMAN 1 Donorojo Jepara

Acara dilanjutkan dengan penanaman bibit di area Agro Klapan, Desa Klepu Kecamatan Keling Kabupaten Jepara.Mereka tidak hanya belajar tentang kesehatan jiwa dan raga, tetapi juga mewujudkan langsung kepedulian lingkungan melalui penanaman bibit di Desa Klepu.

Puji Ningrum, S.Pd., M.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Donorojo menyampaikan kesan mendalam terhadap kegiatan tersebut.

“Pendidikan karakter harus menyentuh ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sekaligus. (Perihal) giat ini, kami tidak hanya menanam bibit, tapi juga menanam harapan untuk masa depan”, tutur Bu Puji.

Puncak kegiatan pada tanggal 11 April menjadi momen bersejarah dengan dua pencapaian penting. Pertama, penandatanganan MoU dengan BPDAS Jateng yang menjamin ketersediaan bibit tanaman tahunan dan pendampingan berkelanjutan.

Kedua, aksi nyata penanaman bibit di wilayah Desa Klepu yang melibatkan seluruh siswa, guru, didampingi Penyuluh Pertanian, Gapoktan, Karang Taruna Tunas Muria Klepu, dan warga setempat.

Penyerahan bibit tanaman
Penyerahan bibit tanaman dari BPDAS Provinsi Jawa Tengah

Siswa melakukan penanaman bibit alpukat, jambu, nangka, serta tanaman sayuran di rumah-rumah warga Desa Klepu. Setiap rombongan belajar (10 rombel) dibagi menjadi 6 kelompok, dengan total 60 kelompok yang menanam bibit di lahan yang disiapkan.

Aksi ini mendapat apresiasi tinggi dari Camat Keling dan Pemerintah Desa Klepu yang melihat langsung dampak positifnya bagi pengembangan potensi desa.

Proyek P5 ini berhasil mengintegrasikan tiga pilar utama: pendidikan karakter, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat. Ke depan, SMA Negeri 1 Donorojo berkomitmen untuk terus memperluas jejaring kolaborasi dengan berbagai pihak dalam mewujudkan pelajar Pancasila yang tangguh dan berdaya saing.

Sementara itu, saat dikonfirmasi Dailyindonesia.id, pada Minggu (13/04/2025) Camat Keling Lulut Andi Ariyanto menuturkan Kecamatan Keling yang hingga saat ini belum memiliki SMAN sendiri tentu saja senang dan mengapresiasi apa yang menjadi giat SMAN Donorojo.

Bukan saja berdampak baik untuk internalisasi penanaman budi pekerti ke-Pancasilaan bagi sekolah dan siswa, juga mampu menggerakkan kepedulian semua pihak terkait aspek lingkungan.

Berbagai diskusi sebelumnya dengan tim pengarah kegiatan, tidak hanya faktor budi pekerti, sosial, dan lingkungan, juga mengenalkan aspek pergerakan agroekonomi lewat pengenalan pelatihan pembibitan hingga pengolahan alpukat.

“Keling dianugerahi sumber daya alam yang melimpah lewat kesuburan tanahnya. Keramahan dan daya juang masyarakat di tengah hutan dan perkebunan negara menunjukkan kemandirian dari dulu terhadap semua aspek kehidupan.

Penggerakan ekonomi dengan tidak meninggalkan kedua aspek tersebut adalah keniscayaan menuju pembangunan berkelanjutan.

” *Kelingan Keling*, tidak hanya jargon agar semuanya teringat Keling dengan itu semua, namun lebih kepada upaya menjaga harmoni ketiganya,” papar Lulut Andi Ariyanto.

Ia menambahkan, Kedepan harapannya program-program pendampingan akademisi lainnya akan terus diterima, termasuk potensi kebudayaan dan kesejarahan yang masih banyak terjaga.

“Dengan materi dari kurikulum baru, yang kami dengar lebih kepada _deep learning_ siswa akan seirama dengan apa yang kita upayakan bersama,” pungkas Lulut

Bagikan: