
DailyIndonesia.id – Rahayu Saraswati mengagetkan publik dengan keputusannya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Anggota DPR RI Fraksi Gerindra.
Dalam unggahan reels di akun Instagram pribadinya @rahayusaraswati dilihat pada Rabu (10/9), Saras mengungkap alasan pengunduran dirinya dan meminta maaf kepada masyarakat.
Saras menyebut ada pernyataannya di sebuah podcast digunakan untuk menyakiti hati masyarakat.
“Dari kira-kira 2 minggu sebelum 17 Agustus, ada pernyataan saya dari sebuah podcast yang ditayangkan di YouTube pada tanggal 28 Februari 2025 atau 6 bulan yang lalu, yang dijadikan bahan untuk menyakiti hati rakyat,” ungkapnya.
Podcast yang dimaksud adalah On the Record di Antara TV Indonesia dan berjudul “Rahayu Saraswati Kupas Isu Perempuan hingga Kolaborasi Ekonomi Kreatif”.
“Pernyataan saya diambil dari menit ke 25:37 detik sampai menit ke 27:40 detik. Cukup panjang sebenarnya. Dua menit lebih yang dijadikan beberapa kalimat oleh pihak-pihak yang ingin menyulutkan api amarah masyarakat,” ucapnya dalam pernyataan itu.
Ia mengaku tidak memiliki maksud menyakiti hati masyarakat yang sedang berusaha.
Namun ia mengakui, sebagai seorang pengusaha, dirinya memiliki privilege.
“Sebagai seorang pengusaha yang pernah merintis sebuah EO, lalu menjadi pengusaha dengan ratusan karyawan, maupun sekarang sebagai advisor bagi berbagai startup yang sedang dirintis oleh anak-anak muda Indonesia yang memberikan solusi bagi komunitasnya masing-masing, saya paham betul bahwa memulai usaha tidaklah mudah,” ungkap Saras.
“Namun, saya menyadari bahwa saya memiliki privilege yang sangat besar dan keluarga termasuk suami yang mendukung saya berusaha,” lanjutnya.
Ucapan dan respon masyarakat ini mendasari Saras mengambil tindakan untuk mengundurkan diri.
“Kesalahan sepenuhnya ada di saya. Oleh sebab itu, melalui pesan ini, saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ucapan dan kesalahan saya. Dengan ini, saya menyatakan pengunduran diri saya sebagai anggota DPR RI kepada fraksi Partai Gerindra,” ungkap Saras.
Meski mundur, ia berharap masih bisa menuntaskan tugas terakhirnya di kursi dewan.
“Saya berharap masih dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan satu tugas terakhir, yaitu pembahasan dan pengesahan RUU Keparwisataan yang merupakan produk legislasi kami di Komisi 7,” pintanya.