
DailyIndonesia.id, KUDUS – Kabupaten Kudus berhasil mengalahkan rekor MURI-nya sendiri lewat tari kretek kolossal yang digelar saat penutupan TMMD Reguler ke-125 di lapangan Desa Kandangmas, Kamis (21/8/2025).
Sebelumnya, rekor MURI Tari Kretek dengan penari terbanyak dipecahkan Kudus lewat partisipasi 1.405 penari.
Namun dalam pemecahan rekor terbaru, sebanyak 1.760 penari yang merupakan siswa dari sejumlah SMP di Kudus ikut berpartisipasi.
Ribuan siswa ini mampu mencatatkan rekor MURI dengan nomor piagam Rekor MURI 12344/R.MURI/VIII/2025.
Kategori yang dicatatkan tetap sama, yakni Pagelaran Tari Kretek Peserta Terbanyak.
Mengalahkan rekor sendiri, menurut Kepala MURI Jawa Tengah, Ari Andriyani merupakan pencapaian istimewa.
“Kalau ingin menumbangkan rekor sebelumnya, minimal harus lebih 10 persen dari jumlah yang sudah ada. Sebelumnya, pada Februari 2025 di alun-alun Kudus tercatat 1.405 penari. Kali ini jumlahnya mencapai 1.760 siswa, artinya melampaui target dan berhak atas rekor baru,” jelasnya, dilansir BetaNews.id.
Ari mengungkapkan, penilaian MURI lebih menekankan pada kuantitas, bukan kualitas gerakan tari.
Meski begitu, pihaknya tetap mengapresiasi semangat para siswa yang mampu menari dengan kompak meski persiapan waktu singkat.
“Pengusulan rekor ini masuk pada Juli, dan Agustus dilaksanakan. Dalam waktu mepet, anak-anak mau belajar menari, tentu ini layak diapresiasi dengan penganugerahan rekor hari ini,” ungkapnya.
Ari menambahkan, total peserta sebenarnya lebih dari 1.760 karena ada tambahan penari yang ikut maju.
Namun, panitia hanya menetapkan angka resmi 1.760.
Adapun para penari berasal dari empat sekolah, yakni SMP 2 Kudus, SMP 1 Jekulo, SMP 2 Jekulo, dan SMP 2 Dawe.
“Yang di alun-alun mungkin persiapannya lebih maksimal, tariannya seragam dan jumlah penarinya juga banyak. Kali ini ada variasi, bahkan ada yang memakai baju adat Kudusan,” ujarnya.
Ari menegaskan bahwa apresiasi MURI kali ini bukan sekadar soal jumlah, melainkan juga penghargaan pada kearifan lokal.
“Tari kretek ini tidak hanya menjadi ikon Kudus yang dikenal lewat rokok, tetapi juga dikukuhkan sebagai rekor dunia dalam bentuk karya budaya,” terangnya.
Senada, Panglima Komando Daerah Militer IV/Diponegoro, Mayjen TNI Achiruddin yang turut menyaksikan pemecahan rekor juga mengapreasi para penari.
“Pertama harus ada inisiatif, ada upaya, dan mereka harus latihan, kita lihat cukup bagus, kami mengapresiasi sebesar-besarnya. Ini semua hasil dari binaan Bupati Kudus,” imbuhnya.