
DailyIndonesia.id, JEPARA – Sebanyak enam kecamatan di Kabupaten Jepara kini berstatus zona merah penyebaran virus penyakit mulut dan kuku (PMK).
Melansir dari MuriaNews.com, Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Jepara (DKPP Jepara), Mudhofir menyebutkan, sampai Senin (20/1/2025), sudah ada 69 ternak sapi yang terjangkit PMK.
Dari jumlah itu terdapat dua ternak mati, lima potong paksa dan sembilan sembuh.
“Per hari ini kasus aktif masih ada 53 (sapi),” sebut Mudhofir, Senin (20/1/2025).
Jumlah itu tersebar di tujuh kecamatan. Meliputi 6 ekor di Kecamatan Donorojo, 10 ekor di Keling, 26 ekor di Kembang, 2 ekor di Bangsri, 1 ekor di Pecangaan, 3 ekor di Welahan dan 5 ekor di Kecamatan Nalumsari.
Untuk mencegah meluasnya PMK, DKPP Jepara akan semakin memperketat distribusi ternak. Terutama di pasar-pasar hewan.
Beberapa hari lalu di Pasar Wage Kecamatan Mayong, petugas memaksa pulang pedagang dan sapinya yang berasal dari Kudus. Pasalnya ternak yang ia bawa terindikasi positif PMK.
“Kami melakukan penyisiran. Dapat pedagang dari Kudus, langsung kita suruh pulang,” ujarnya.
Setelah ditelusuri, ungkap Mudhofir, rupanya ternak pedagang tersebut sudah dalam pantauan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kabupaten Kudus. Bahkan, pedagang itu sudah tidak diperbolehkan berjualan di pasar karena terinfeksi PMK.
“Dikiranya bisa berjualan di Jepara. Tapi kami kan, sudah memperketat distribusi ternak. Setiap pasaran, kami turunkan petugas untuk penyisiran,” kata Mudhofir.
Sementara itu melansir dari MetroTVNews.com, Mudhofir menerangkam Kabupaten Jepara mendapatkan alokasi vaksin dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebanyak 800 dosis.
Vaksin ini telah diambil petugas DKPP pada Jum’at, 17 Januari 2025.
”Vaksin ini mulai disalurkan hari ini, terutama ke wilayah-wilayah dengan kerawanan tinggi,” ungkap Mudhofir, Senin, 20 Januari 2025.
Untuk penyaluran vaksin, DKPP membentuk tim vaksinasi.
Setiap tim akan melakukan vaksinasi PMK sekitar 50-100 ekor per hari. Tim Ini akan disebar ke wilayah-wilayah rawan dengan kasus yang tinggi.
“Kita juga prioritaskan pada yang sudah inden vaksin, karena sebelumnya vaksin kami kosong akibat permintaan yang tinggi,” imbuh Mudhofir.