
DailyIndonesia.id, JEPARA – Pada 2025 mendatang, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono siap mengembangkan model budidaya rajungan di Jepara.
“Modeling yang akan kita buat itu salah satunya adalah tadi permintaan dari (nelayan) Jepara itu adalah soal rajungan,” kata Trenggono di sela inspeksi ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) PT Tilapia Nusantara Jaya di Semarang. Dilansir dari ANTARA, Sabtu (28/12/2024).
Hal ini merupakan respon atas Ketua Forum Komunikasi Nelayan Rajungan Nusantara (Forkom Nelangsa) Jepara, Mustain yang menyatakan perlu adanya budidaya rajungan di Jepara, karena permintaan mencapai 1 ton per hari.
Dia menekankan pentingnya perubahan dari penangkapan rajungan di laut menuju budidaya untuk menciptakan kestabilan produksi.
Menurut dia, pengembangan budidaya rajungan ini dipilih lantaran keberhasilan dalam pembuatan hatchery atau tempat pemijahan.
“Rajungan ini selama ini masih menangkap dari laut. Nah, karena kita sudah mampu membuat hatchery, lalu kemudian membuat anakan yang kita bisa besarkan. Artinya bisa sustain, bisa berkelanjutan. Nah ini yang akan kita buat untuk kemudian kita buat model dalam satu skala tertentu di Jepara,” jelas Trenggono.
Lewat skala ini, masyarakat pesisir Jepara yang bergantung pada penangkapan rajungan di laut dapat beralih ke kegiatan pembudidayaan rajungan.
“Kalau ini bisa terjadi nanti seluruh penangkap rajungan itu kita bisa geser mereka menjadi pembudidaya,” imbuh Trenggono.
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru Rahayu menyatakan siap menjalankan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.
Ia menjelaskan KKP telah berhasil mengembangkan teknologi budidaya rajungan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Dengan begini, ia pun optimis dapat diterapkan di Jepara .
Haeru menjelaskan, budidaya di Takalar menggunakan metode “individual compartment” atau pemeliharaan satu per satu. Metode ini penting karena rajungan memiliki sifat kanibal, di mana mereka cenderung saling memangsa satu sama lain.
Dengan menggunakan teknologi ini, tingkat kematian rajungan dapat dikendalikan, pertumbuhannya dapat dipantau dengan baik, dan penyakit dapat dicegah.
“Jadi dengan teknologi seperti ini sudah oke ini. Tingkat kematiannya sudah bisa kita kendalikan, kontrol pertumbuhannya, penyakit, dan seterusnya. Jadi kita sudah bisa dan kita akan bikin modeling. Barusan tadi arahannya di Jepara, oke kita akan coba,” kata Tb.
Pengembangan budidaya rajungan di Jepara ditargetkan mulai tahun 2025.
Dia berharap lewat pengembangan ini, Jepara dapat menjadi pusat budidaya rajungan di wilayah Pantura, sejalan dengan pengembangan budidaya kepiting yang sudah berjalan di Takalar.
Sumber: ANTARA