DailyIndonesia.id, KUDUS – Kabupaten Kudus kini miliki tujuh alat tes cepat molekuler (TCM) untuk mendeteksi penyakit tuberkulosis (TBC).
Tujuh alat itu tersebar di enam fasilitas kesehatan untuk mempermudah jangkauan deteksi dini TBC.
“Dari keenam fasilitas kesehatan tersebut, meliputi RSUD Loekmono Hadi Kudus yang memiliki dua alat TCM, kemudian Puskesmas Rejosari, Gribig, Jekulo, Kaliwungu, dan UPTD Laboratorium Kesehatan Kudus masing-masing memiliki satu alat TCM,” kata Kepala Dinas Kesehatan Andini Aridewi, Kamis (7/11/2024).
MenurutnyaI, dengan adanya alat TCM, maka upaya pemberantasan TBC bisa maksimal. Lantaran warga yang diduga terserang TBC bisa mendapat diagnosis yang cepat lewat pemeriksaan dahak melalui TCM.
Untuk itu, Andini meminta kepada masyarakat yang merasakan gejala penyakit TBC untuk tidak ragu melakukan pemeriksaan TCM.
Pasalnya pemeriksaan ini gratis.
“Karena penyakit TBC adalah penyakit yang menular melalui droplet, maka kami imbau agar yang memiliki gejala seperti itu segera memeriksakan diri. Sedangkan kontak eratnya juga perlu diedukasi,” ujarnya.
Beberapa gejala TBC, meliputi batuk berkepanjangan atau lebih dari dua minggu, demam, nafsu makan turun, dan malam hari sering keluar keringat dingin.
Penderita TBC, kata dia, juga diminta untuk memakai masker dan batuk dengan cara yang benar untuk menghindari penularan.
Upaya lain untuk pencegahan, yakni memenuhi kebutuhan gizi seimbang setiap harinya, dan penderita TBC juga tidak berganti alat makan.
Kasus TBC di Kabupaten Kudus hingga saat ini tercata 1.986 kasus dari target sebanyak 2.648 kasus.
“Alasan pemerintah memasang target kasus TBC, dengan harapan tidak terjadi fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi sedikit, tetapi kenyataan kasusnya cukup banyak,” ujarnya.
Jika tidak terdeteksi, maka bukan tidak mungkin kasusnya bertambah.
Warga yang dinyatakan positif TBC, nantinya, akan menjalani masa pengobatan dengan meminum obat selama enam bulan secara rutin tanpa boleh terhenti, karena sekali terhenti akan mengulang kembali.
Andini pun berujar jika perlu ada satuan petugas desa untuk memberikan pendampingan terhadap para penderita untuk mengingatkan penderita agar taat meminum obat.
Selain itu, juga perlu ada upaya aktif melakukan deteksi dini di setiap desa, sehingga upaya menekan kasus TBC bisa lebih efektif, terutama investigasi kontak erat agar tidak terjadi temuan kasus baru.
Sumber: ANTARA Jateng