DailyIndonesia.id, JEPARA – Desa Nyamuk di Kecamatan Karimunjawa ternyata menyimpan situs dan peninggalan kebudayaan yang kaya.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara datang melakukan inventarisasi obyek yang diduga Cagar budaya (ODCB) dan juga Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) di wilayah Desa Nyamuk.

Mereka melakukan inventarisasi pada Sabtu hingga Minggu (8-9 Juni 2024).

“Ini dalam rangka memperkuat basis data kebudayaan,” ungkap Subkord Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Disparbud Jepara Lia Supardianik, Minggu (9/6/2024).

Di Pulau Nyamuk, tim mendatangi sebuah ODCB yaitu Makam Sumur Wali.

Di tempat ini tim mendapati sebuah makam yang disebut masyarakat sebagai  makam wali Syekh Abdullah. Ia merupakan tokoh penyebar agama Islam yang meninggal dan dimakamkan di Pulau Nyamuk.

Di sebelah makam tersebut juga terdapat sebuah makam yang belum diketahui identitasnya. Namun, bagi masyarakat Nyamuk, itu adalah makam aulia atau sahabat wali.

Di lokasi yang sama terdapat sumur keramat yang dipercaya sebagai peninggalan wali.

“Banyak mereka yang mempunyai nazar di sini. Ketika terkabulkan menggelar syukuran atau doa pada hari Senin dan Kamis,” ujar Muazis.

Masyarakat juga mengadakan haul di Makam Sumur Wali setiap tanggal 10 Suro.

Biasanya masyarakat berbondong-bondong untuk melaksanakan acara selamatan di tempat ini.

Menariknya, selain makam dan sumur wali, ada benda atau cungkup bangunan tertutup kain putih.

Saat disibak, cungkup (gundukan) yang menyerupai stupa ini sudah pecah sebagian.

Masyarakat setempat memasang kembali pecahan di atas bati karang dan menambalnya dengan semen.

Menurut keterangan petinggi, cungkup ini sudah ada sejak jaman dulu.

“Sejak saya belum lahir ini sudah ada dan dirawat oleh masyarakat. Namun sayang tidak ada yang tau asal usul cungkup ini,” kata dia.

Menurut petinggi, Muazis, penamaan Pulau Nyamuk ini juga ada beberapa versi.

Ada yang menyebut Nyamuk ini kepanjangan dari “Nyantri Mukti” yang berarti murid berbakti kepada gurunya.

Ada pula yang menyebut bahwa Nyamuk ini dulunya sebuah gugusan pulau yang dari kejauhan terlihat kecil seperti seekor nyamuk.

Namun, ada pula pendapat bahwa penamaan Nyamuk ini karena dulunya tempat ini sebuah rawa yang banyak ditempati nyamuk.

Selain obyek yang diduga cagar budaya, Desa Nyamuk ini mempunyai berbagai tradisi yang perlu dilestarikan.

Antara lain lombanan, barikan, haul Mbah Sumur Wali, hingga sedekah bumi.

Bahkan terdapat salah satu wujud kegotong-royongan warga masih sangat kental saat tradisi menurunkan kapal ke laut.

“Warga dengan sukarela bergotong royong menarik kapal ke laut,” kata dia.

Bagikan: