DailyIndonesia.id, KUDUS – Badan Penanggulangan Benacana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus sudah menyiapkan tiga juta liter air untuk mengantisipasi bencana kekeringan.
Sejumlah air itu merupakan gabungan antara BPBD Kudus dan corporate social responsibility (CSR).
“Jadi satu juta dari BPBD Kudus dan dua juta dari dana CSR,” kata Kasi Kedaruratan BPBD Kudus Ahmad Munaji. Senin (3/6/2024). Dilansir Jawa Pos Radar Kudus.
Ia mengatakan, berdasarkan informasi dari Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemarau mulai memasuki Kabupaten Kudus pada Mei-Agustus.
Sementara puncak musim kemarau akan terjadi pada Oktober mendatang. Pihaknya pun telah melakukan pemetaan sebagai upaya preventif.
“Antisipasi kekeringan ini kami sudah memetakan wilayah rawan kekeringan,” katanya.
Berdasarkan data yang pihaknya himpun, ada beberapa wilayah yang rawan kekeringan lantaran kurang resapan air. Meliputi Kecamatan Jekulo berada di Desa Gondoharum, Kecamatan Undaan di Desa Kalirejo dan Glagah Waru.
“Karena skala air di sana sangat minim dan air di kedalaman 20 meter itu sudah habis,” ucapnya.
Menurut Ahmad, musim kemarau tahun ini lebih ringan dari pada kemarau sebelumnya.
Hingga saat ini, lanjutnya, kondisi kemarau masih landai dan pihaknya belum menerima permintaan dropping atau laporan kekeringan dari masyarakat.
“Seperti sekarang, seharusnya sudah masuk musim kemarau tapi masih sering hujan, ” imbuhnya.
BMKG memprediksi kemarau tahun ini akan menjadi kemarau basah seiring adanya potensi La Nina.
“Kalau betul fenomena La Nina terjadi, maka kemarau tahun 2024 ini akan sedikit lebih basah dan lebih banyak hujan. Artinya, kita akan merasakan suasana yang tidak sepanas tahun 2023. Kalau 2023 kan kemaraunya kering karena bersamaan dengan El Nino, sehingga kemudian suhunya juga terasa jauh lebih panas,” kata Supari. Dilasir Republika.co.id, Jumat (1/3/2024).